Selasa, 17 November 2009

Kulakukan demimu, nak..

Banyak yang berubah setelah Ihsan dan Naazneen lahir, salah satunya dalam hal rasa jijai…. Aku orangnya sangat “gelian” terhadap sesuatu yang memang dipandang jorok, misalnya bersihin muntah, ngambil kotoran yang jatuh di lantai, nyedot ingus pake mulut, bersihkan bayi yang lagi pup, dll. Bahkan pernah sampai muntah2 akibat kuatnya penolakan dalam diriku terhadap hal tsb. Tapi apa daya, dengan statusku sebagai ibu dari anak2 yang masih sangat tergantung dengan orang tuanya, aku harus lakukan itu semua.

Penuh perjuangan untuk mengalahkan rasa jijai tadi. Bayangin, lagi makan, anak tiba2 muntah dilantai…. Kalo bukan anakku mungkin aku sudah lari dari tempat itu. Tapi karena yang muntah adalah Ihsanatau Naazneen, ya mesti aku yang bersihkan. Ambil lap, seka muntahnya. Kadang aku ikut muntah setelah itu. Atau kalo Naazneen lagi pilek dan hidungnya tersumbat. Aku harus menyedotnya pake mulutku. Bayangin, mulut nyedot ingus…hiiii.. Awalnya aku ga mau, waktu Ihsan masih bayi ayahnya yang lakukan, tapi kadang anak2 sakit ga mesti pas ada ayahnya, jadinya aku mulai berpikir, aku yang harus lakukan. Masya Allah, waktu pertama kali nyoba, aku sungguh-sungguh ga bisa. Pikirku, Oh my God, I can’t do this!. Tapi demi melihat kesulitannya bernafas, akhirnya kupaksakan juga wajahku mendekatinya. Dan….terjadilah. Waaaaaaaa………

Ga pernah terbayang aku sanggup melakukannya. Walaupun kadang masih ada rasa terpaksa melakukannya, tapi ada kepuasan yang kudapat. Ada rasa bahagia menyelinap dihati. Kamu sudah berusah jadi ibu yang baik, bisik hatiku… Setidaknya ada yang bisa kubanggakan jika suatu saat mereka bertanya, “Apa yang sudah mama lakukan untuk kami?”