Setelah 3 tahun lebih berusaha
mencari alternatif lain untuk menyembuhkan syaraf kejepit atau HNP (Hernia
Nucleus Pulposus) yang ibu derita, pada akhirnya ibu setuju untuk dioperasi.
Hari itu, Kamis, 4 Desember 2014, 3 hari menjelang ulang tahun ibu yang ke 63
tahun, ibu masuk ruang operasi…
Operasi, adalah salah satu hal
yang awalnya sangat ingin dihindari ibu karena pengalaman yang “tidak
menyenangkan” setelah operasi batu ginjal pada tahun 2010 lalu. Saat itu ibu
sempat masuk ruang ICU selama 4 hari.
Penyebabnya karena efek anestesi yang bikin mual sehingga beliau ga mau makan, belum lagi
antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi yang juga bikin mual. Karena
itu, walaupun dokter sudah menyarankan untuk operasi syaraf kejepit, ibu dan
juga kami sekeluarga sepakat untuk mencoba jalan lain bagi kesembuhan ibu.
Berbagai cara dilakukan, mulai
dari berenang, mengurangi berat badan, terapi panas dan pakai korset. Pernah
juga saya, suami dan bapak nemani ibu ke Cianjur untuk diobati oleh seseorang
yang katanya bisa menyembuhkan syaraf kejepit. Caranya dengan mengoleskan
semacam ramuan dibagian yang sakit. Entah apa campuran dari ramuan itu tapi
efeknya bikin panas kulit sampai ibu teriak-teriak. Berulangkali ibu bilang “Stop..stop”,
supaya si Akoh brenti dulu ngolesin ramuannya. Setelah itu memang ibu bisa bergerak normal,
jalan, jongkok bahkan sholatpun bisa rukuk, padahal sebelumnya ga bisa. Karena
itu akhirnya suami pun tergoda untuk mencoba ramuan si Akoh.. hehhehe..
berharap pegel-pegel yang sering dirasain juga hilang. Pokoknya waktu itu senenglah
liat kondisi ibu. Alhamdulillah, akhirnya ibu sembuh pikir kami semua. Tapi
ternyata itu ga berlangsung lama, begitu Magrib, masih dihari yang sama sakit
ibu kembali terasa:’(. Ramuan kembali dioles. Hilang sih sakitnya tapi begitu
efek panasnya ilang, sakitpun kembali terasa..
Pernah juga kami bawa ibu ke Klinik Alternatif
yang di Karang Tengah. Saya dapat info dari TV bahwa yang punya Klinik itu bisa
menyembuhkan syaraf kejepit. Begitu datang, kami diminta mendaftar. Kami harus bayar
50 ribu “hanya” untuk mendapatkan kartu kecil dari kertas yang berisi nama dan
alamat ibu. Mahal banget..:( Setelah beberapa lama ibupun masuk ke ruangan
mirip kamar gitu yang didalamnya ada kasur single bed. Disana ibu diminta
baring sama si Ustad dan kemudian dipijit. Disitu ibu juga teriak-teriak, sakit
karena pijitnya lebih mirip dicubit kata ibu. Begitu selesai saya diminta bayar
100 ribu yang kata si Ustad untuk sumbangan yatim. Sumbangan kok ditentuin
besarnya, pikir saya. Tapi saya nurut aja walaupun agak gimana gitu.. Kemudian
saya diminta ke “apotik”nya untuk ngambil obat.
Setelah beberapa saat ngantri
akhirnya nama ibu dipanggil. “Apoteker”nya ngasih 3 botol putih yang di
dalamnya ada kapsul yang katanya bisa nyembuhin ibu. Isi kapsul itu seperti
daun-daun kering yang sudah ditumbuk kecil-kecil. Saya lupa satu botol itu isi
berapa kapsul tapi yang jelas 3 botol itu untuk 5 hari. Satu botol itu harganya
250 ribu. Jadi kami membayar 750 ribu.
Uang 900 ribu yang siapin dari rumah, ludes saat itu.. Ampun reeeek..
ini Klinik kok tau ya saya bawa uang 900, kok ya pas segitu nagihnya.
Pendaftaran 50 ribu, sumbangan 100 ribu plus obat 750 ribu, total 900 ribu pas :(
Selama konsumsi obat itu sakit
yang dirasa ibu hilang bahkan kami sempat jalan-jalan ke Yogyakarta, ke Candi
Borobudur, Keraton dll. Seneng rasanya liat ibu bisa fit lagi… Tapi kami harus
kecewa lagi karena setelah beberapa kali beli obatnya sakit ibu masih ada,
padahal si Ustad bilang biasanya dengan sekali terapi pasien udah ga dateng lagi,
udah sembuh katanya. Ya pantes aja ga balik, mahal sih, pikir saya. Trus kok ya bisa klaim pasien
sembuh padahal pasiennya aja ga balik. Kan bisa aja mereka ga balik karena
merasa ketipu dan cari tempat pengobatan lain.. hehhehe.. Akhirnya ibupun brenti konsumsi
kapsul-kapsul itu karena takutnya juga dengan efek sampingnya. Pengobatanpun kembali dilanjutkan dengan terapi di RS selama kurang lebih 2 tahun.
Hingga pada suatu sore,
tiba-tiba saya dapat telepon dari bapak. Mengabarkan kalo ibu ga bisa bangun,
ga bisa ngapa-ngapain, setiap bergerak berasa sakiiiit banget. Kemungkinan
salah posisi ketika baring. Kejadian inilah yang membulatkan tekad ibu untuk
segera dioperasi. Dengan bantuan tetangga
dilingkungan rumah, terutama mbk Hanis - semoga Allah swt membalas kebaikanmu
mbk - ibu ke dokter dan dokter menyarankan untuk segera dioperasi. Dan ibupun
setuju.
Sungguh tidak mudah untuk
mendapatkan kamar di RS, karena dengan adanya BPJS rumah sakit jadi kebanjiran
pasien. Pihak RS menyarankan bapak untuk sesering mungkin mengecek ketersediaan
kamar, mulai pukul 08.00-11.00 setiap hari. Ada sih nomor telepon diberikan
oleh petugas RS, tapi begitu dihubungi ga pernah diangkat. Akhirnya terpaksalah
bapak yang bolak-balik ke RS. Maafkan saya pak, mestinya itu tugas saya :'(
Kurang lebih 1-2 minggu menunggu,
akhirnya ada juga kamar yang kosong. Ibu segera masuk dan dimulailah
pemeriksaan ini itu. Rontgen, cek jantung, darah dan sebagainya. Setelah
semuanya dinyatakan oke, Kamis, 4 Desember 2014, ibupun masuk ruang
operasi.. Dengan ditemani adikku, bapak dan
uda - maafkan saya ga datang bu :( - ibu masuk ruang operasi. Alhamdulillah, operasi syaraf kejepit dengan
pemasangan pen yang berlangsung kurang lebih 6 jam tersebut lancar. Pukul 7
malem ibu keluar dari ruang operasi dan kembali ke ruang perawatan…
Alhamdulillah ya Rabb atas semua
kemudahan yang telah Engkau berikan. Tak ada kata yang sanggup melukiskan rasa
syukurku atas semua ini…