Jumat, 30 Januari 2015

THANK YOU ALLAH, FOR SAVE US



Ini adalah kisah paling mendebarkan dalam hidupku sampai saat tulisan ini kubuat. Saat dimana aku berada dalam kondisi bahwa ajal akan segera menjemput, dalam keadaan yang semua orang pasti tidak menginginkannya, penuh ketakutan..

Mengingat kembali peristiwa kemarin, Kamis, 29 Januari 2015 saat aku dan beberapa orang teman bermaksud pulang ke Jakarta setelah melakukan perjalanan dinas di Surabaya.  Jadwal keberangkatan pukul 16:50 WIB dengan pesawat Lion Air JT 693.

Sore itu cuaca di Surabaya memang tidak bagus, sempat diguyur hujan deras sebelumnya. Setelah check in dan menunggu beberapa lama diruang tunggu, sekitar pukul setengah 5 semua penumpang dipanggil untuk memasuki pesawat. Aku merasa lega karena jadwal pesawat ga delay, berarti lebih cepat sampai rumah dan ketemu keluarga. Tidak ada firasat apapun, semuanya normal-normal saja. Memang sempat terjadi insiden kecil dimana 3 dari temanku sempat telat banget datang ke bandara, dan aku beserta mereka menjadi orang terakhir yang masuk pesawat. Ga berani aku menatap mata penumpang yang udah duduk rapi di kursi ketika kami masuk menyusuri satu persatu barisan penumpang hingga sampai di seat kami. 
Malunya minta ampun >.< 
Setelah duduk, akupun bilang sama temanku, “Jangan diulangi lagi ya kayak gini”, dan kami pun tertawa.

Jam tanganku menunjukkan  pukul  5 ketika pesawat mulai take off. Lima belas menit pertama pesawat terbang tanpa ada gangguan. Semuanya baik-baik saja. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama. Awan tebal yang membumbung bagaikan kapas mulai membuat pesawat bergoyang. Awalnya hanya goncangan kecil namun lama kelamaan goncangan semakin kuat. Bahkan saking kuatnya ada penumpang yang sampai berteriak karena ketakutan. Akupun tak kalah takut. Kulantunkan zikir menyebut nama Allah, berharap kondisi ini segera berakhir.

Namun ternyata, goncangan tersebut tak kunjung berhenti bahkan ada saat dimana kurasakan pesawat berguncang sangat keras dan tiba-tiba tersentak naik. Masya Allah! Aku berzikir dengan sangat cepat bahkan mungkin lebih cepat dari detak jantungku sendiri. Kupegang tangan teman disebelahku kuat-kuat karena saking takutnya.  Ga bisa dilukiskan bagaimana perasaanku saat itu,  saat dimana tidak ada lagi tempat bergantung selain hanya pada Allah. Ya, di ketinggian ribuan meter diatas permukaan laut tidak ada satupun tempat bergantung selain hanya pada Allah. Ketika goncangan itu tak kunjung berhenti dan semakin keras aku merasa mungkin disinilah ajalku, dengan cara seperti ini aku berakhir di dunia, penuh ketakutan dan  entah mayatku nanti bisa ditemukan atau tidak.. Aku menangis dan terus menangis.. Wajah orang-orang yang kucintai satu per satu melintas, Ihsan, Nazneen, suami, bapak, ibu, adikku, kakakku..
Entah berapa lama persisnya keadaan seperti itu berlangsung, yang pasti cukup lama sampai membuatku sesak napas dan hampir pingsan.

Namun Alhamdulillah, pada akhirnya kami selamat dan mendarat dengan mulus di Jakarta. 
Keluar dari Terminal 1A Bandara Soehat, azan Magrib menyambut kami.

Terima kasih ya Rabb, masih memberiku kesempatan hidup...